Oleh: Ihsanul Muttaqien
Nama Salman Al Farisi tak asing lagi dalam deretan pejuang dan pembela agama Allah. Ketakwaannya pun disegani di antara kaum muslimin. Keimananya yang begitu mendalam bahwa hanya Allah yang Maha Besar, sementara yang lain begitu kecil di hadapannya. Demikian juga sikapnya menghadapi masalah-masalah yang bersifat keduniaan, termasuk urusan cinta.
Dikisahkan, Salman Al Farisi hendak melamar seorang gadis. Sebagai manusia biasa yang memiliki fitrah cinta, ia jatuh hati pada seorang muslimah shalihah asli penduduk kota Madinah. Maksud suci ini kemudian ia sampaikan kepada Abu Darda’, seorang saudara yang dipertemukan atas nama aqidah.
Nama Salman Al Farisi tak asing lagi dalam deretan pejuang dan pembela agama Allah. Ketakwaannya pun disegani di antara kaum muslimin. Keimananya yang begitu mendalam bahwa hanya Allah yang Maha Besar, sementara yang lain begitu kecil di hadapannya. Demikian juga sikapnya menghadapi masalah-masalah yang bersifat keduniaan, termasuk urusan cinta.
Dikisahkan, Salman Al Farisi hendak melamar seorang gadis. Sebagai manusia biasa yang memiliki fitrah cinta, ia jatuh hati pada seorang muslimah shalihah asli penduduk kota Madinah. Maksud suci ini kemudian ia sampaikan kepada Abu Darda’, seorang saudara yang dipertemukan atas nama aqidah.