Sabtu, 21 Januari 2012

“Para Pemuda Islam”

Sekitar 82 tahun lampau, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 ratusan pemuda dari beraneka latar belakang suku, dan daerah berkumpul di sebuah bangunan di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta Pusat, sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong. Pada rapat penutup di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106 itu, para pemuda yang hadir mengucapkan suatu Sumpah Setia yang dikemudian hari dikenal dengan Sumpah Pemuda.
Jauh sebelum Sumpah Pemuda itu ada, Rasul SAW telah bersabda dalam hadits Abdullah bin Mas’ud -radhiallahu ‘anhu-, “Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya”. (HR. At-Tirmizi).

Jika sumpah pemuda menggagas sumpah nasionalisme yang hanya terbatas pada konsep daerah dan wilayah tertentu, maka Islam yang diajarkan melalui Rasul SAW mengajarkan sumpah penghambaan hanya kepada Allah SWT saja. Sumpah Syahadah (sebutlah demikian_pen), ternyata telah ampuh dan sangat jauh lebih ampuh melahirkan para pemuda-pemuda harapan dunia, tak hanya bangsa.
Sebutlah saja misalnya, telah lahir sejumlah pemuda hebat seperti yang paling muda adalah 8 tahun, siapa lagi kalau bukan Ali bin Abi Thalib dan Az-Zubair bin Al-Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, 11 tahun, Al Arqaam bin Abil Arqaam 12 tahun, Abdullah bin Mazh’un berusia 17 tahun, Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun, Qudaamah bin Abi Mazh’un berusia 19 tahun, Said bin Zaid dan Shuhaib Ar Rumi berusia dibawah 20 tahun, ‘Aamir bin Fahirah 23 tahun, Mush’ab bin ‘Umair dan Al Miqdad bin al Aswad berusia 24 tahun, Abdullah bin al Jahsy 25 tahun, Umar bin al Khathab 26 tahun, Abu Ubaidah Ibnuk Jarrah dan ‘Utbah bin Rabi’ah, ‘Amir bin Rabiah, Nu’aim bin Abdillah, ‘ Usman bin Mazh’un, Abu Salamah, Abdurrahman bin Auf dimana kesemuanya sekitar 30 tahun, Ammar bin Yasir diantara 30-40 tahun, dan Abu Bakar Ash Shiddiq 37 tahun.
Mereka secara keseluruhannya adalah kalangan pemuda, bahkan ada diantara mereka adalah remaja yang belum atau baru dewasa. Usamah bin Zaid diangkat oleh Nabi SAW sebagai komandan untuk memimpin pasukan kaum muslimin menyerbu wilayah Syam (saat itu merupakan wilayah Romawi) dalam usia 18 tahun. Padahal diantara prajuritnya terdapat orang yang lebih tua seperti Usamah, Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan lain-lainnya. Abdullah bin Umar telah pula memiliki semangat juang yang bergelora untuk berperang sejak berumur 13 tahun. Ketika Rasulullah SAW sedang mempersiapkan barisan pasukan pada perang Badar, Ibnu Umar bersama al Barra’ datang kepada Rasul SAW seraya meminta agar diterima sebagai prajurit. Saat itu, Rasulullah SAW menolak kedua pemuda kecil itu. Tahun berikutnya, pada perang Uhud, keduanya datang lagi, tapi yang diterima hanya Al barra’. Dan pada perang Al Ahzab barulah Nabi menerima Ibnu Umar sebagai anggota pasukan kaum muslimin (lihat Shahih Bukhari VII/266 dan 302).
Nama abadi dari generasi yang menorehkan tinta emas dalam sejarah Islam juga mencatat nama Muhammad Al Fatih. Ia merupakan pemuda yang memiliki kecerdasan multi bidang. Ia menguasai bidang militer, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Jika sekarang, ia oleh dibilang sebagai seorang Profesor Doktor dengan predikat Summacumlaude dari beberapa bidang.
Tepat pukul 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, tentara Utsmaniyyah dibawah kepemimpinannya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne. Ketika itu, ia baru berumur sekitar 21 tahun. Tidak ada seorang komandan yang seusianya sudah mampu meruntuhkan kekuatan negara Super Power saat itu.
Sobat, luar biasa kan para pemuda islam zaman dulu ! padahal kalau dipikir-pikir, kita lebih punya peluang besar untuk menjadi orang yang luar biasa, karena sekarang sudah banyak banget fasilitas yang menunjang untuk kemajuan kita. Lalu, Sudahkah kita bersumpah setia selaksana para pemuda Islam seperti mereka di atas? Ataukah kita masih menjadi pemuda yang hidup di bawah bayang-bayang ayah, ibu, orang tua, keluarga, dan romansa masa lalu?
Ada sebuah kalimat “innal fata man yaqul ha ana dza, laysal fata man yaqulu ka na abi..!! (Seorang pemuda ialah siapa yang berani menepuk dada dan berkata "inilah aku". Bukan pemuda yang mengatakan "adalah ayahku" alias membanggakan orang lain semata).
“inna fii yadii sukban amrul ummah wa fii aqdaamiha hayataha”
(Sungguh di tangan pemuda-lah masa depan / urusan ummat, dan di atas pundaknyalah kelangsungan kehidupannya)
Oleh karenanya, saya sampaikan sebuah pesan untuk saya dan para pemuda, ”Wahai Pemuda, Nyalakan Semangatmu...!!!”

1 komentar:

Anonim mengatakan...

alhamdulillah istiqomah...
agar bisa dikenal, coba ikuti link blog yang satu perjuangan juga.atau pelajari tutorial blog agar bisa keluar di mesin google.salam perjuangan