Selasa, 23 Juni 2009

Naluri Lelaki?

intro. . .
aku,,, seorang lelaki
yang tak pernah lelah mencari wanita...

Kalian pasti tidak asing lagi dengan lagunya samsons yang “naluri lelaki”, atau minimal pernah sekali mendengarnya. Lagu tersebut dibuka dengan lirik yang mengaku sebagai seorang lelaki yang tak pernah lelah mencari wanita, terus kemudian sampai akhir lagu(maaf, kurang hapal lagunya).
Lagu itu secara tersurat dan tersiratnya menjelaskan bahwa para lelaki mempunyai naluri kecendrungan pada lawan jenisnya(ingat ya, lawan jenis disini maksudnya wanita). Tetapi perlu kita cermati lagi tuh lirik lagu(siapa tau tu lirik bermasalah, meski udah jadul). Pada lagu tersebut(dari awal sampai akhir) semuanya menceritakan bahwa lelaki itu selalu tak pernah jauh dari wanita. Ya dari dia mencari, menuggu, mau minta buai, minta tolong untuk dihampiri, minta didekati lagi sama wanita.
Sebenarnya, tujuan penulisan ini bukan untuk mengajak mengkritisi liriknya “naluri lelaki” samsons. Biarlah lagu yang melambungkan samsons itu mengudara(walau sekarang udah jarang direquest). Tetapi marilah meluruskan pemahaman kita terhadap naluri lelaki itu sendiri.

Apa itu naluri?
Naluri . Ya, naluri memang merupakan sesuatu yang melekat pada makhluk hidup. Terutama yang bisa jelas kita amati adalah lewat binatang dan manusia. Tidak bisa dipungkiri memang, bahwa sebagai manusia entah itu laki2 ataupun wanita pasti memiliki naluri, salah satunya ketertarikan pada lawan jenis . Naluri memang melekat, tetapi ia tidak datang dari dalam diri manusia. Lain halnya dengan kebutuhan jasmani seperti istirahat ketika lelah, tidur karena ngantuk, makan karena lapar, minum sebab kehausan atau dahaga, buang air, dan bernafas. Maksudnya seperti ini, kebutuhan jasmani misalkan lapar datangnya dari internal diri kita, tepatnya pada organ tubuh yang merasakan lapar. Dengan kata lain, kebutuhan jasmani timbul karena adanya stimulus internal dari organ tubuh manusia.
Kembali pada naluri, karena ia bukan merupakan akibat pengaruh internal yang dihasilkan oleh organ tubuh, maka yang benar berarti naluri berasal atau muncul dari pengaruh eksternal. Yang antara lain berasal dari realitas yang terindera dan juga pemikiran(pemikiran bukan organ fisik!). Ini berarti naluri tidak akan bangkit jika kita mampu untuk menghindari atau paling tidak mampu untuk me¬-menej faktor2 yang mempengaruhi munculnya naluri tersebut.
Nah, untuk naluri ketertarikan dengan lawan jenis maka naluri tersebut akan muncul disaat kita mengindera realita__baik itu ketika laki2 melihat wanita atau sebaliknya__juga saat pikiran kita dipenuhi informasi2 yang ada(misalkan, kita ingat wajahnya Luna Maya itu cantik). Jadi kalau tidak melihat wanita maka laki2 tidak akan muncul naluri ketertarikannya, begitupun juga sebaliknya. Seperti itu juga jika pikiran laki2 tidak terisi wajah wanita, dan sebaliknya juga.
Selain itu naluri ini tidak membahayakan, jika tidak dipenuhi. Maksudnya ketika laki2 atau wanita sedang muncul nalurinya terhadap lawan jenis(baik dari realitas terindera atau dari pemikiran) maka tidak membahayakan__apalagi sampai mengancam dirinya__jika naluri tersebut tidak dipenuhi. Setiap naluri yang tidak dipenuhi pemenuhannya, termasuk ketertarikan lawan jenis hanya akan menimbulkan kegelisahan__tidak sampai pada kematian. Ini lain halnya jika yang tidak dipenuhi itu adalah kebutuhan jasmani(makan, minum, bernafas, istirahat & buang air). Kita neh, kalau tidak makan sampai seminggu (7x24 Jam) bisa tinggal nama saja lagi. Pun ketika kita tidak bisa bernafas 1 jam saja.

Pahami tujuan penciptaan naluri!
( akal adalah pembeda.1)

Naluri yang ada pada manusia dan hewan adalah suatu hal yang fitrah dimiliki sebagai bagian yang menyertai pencipataan itu sendiri. Dalam hal ini manusia dan hewan sama2 memiliki naluri. Hanya saja bagaimana kita menggunakan atau memenuhi naluri itu ketika sedang muncul, itulah yang membedakan antara manusia dengan binatang.
Adalah akal yang membedakan kita__manusia__dengan hewan. Manusia berakal dan hewan tidak. Akal inilah yang berfungsi menilai atau memandang sesuatu. Akal lah yang akan menempatkan manusia berada di tingkat atas yang lebih mulia dari binatang. Ya, akal adalah pembeda.
Dalam hal naluri ketertarikan dengan lawan jenis, hewan juga punya. Para hewan juga tidak pernah keliru dalam hal ketertarikan tersebut. Maksudnya hewan yang pejantan tidak pernah memenuhi naluri seksualnya pada hewan yang pejantan pula. Jadi_(maaf)_sangat tidak manusia jika laki2 atau wanita memenuhi naluri seksualnya dengan mendatangi sesama jenisnya.
Sang Pencipta kita menitipkan naluri ketertarikan terhadap lawan jenis pada manusia dan juga hewan adalah untuk melestarikan keturunan. Bayangkan saja jika manusia tidak dibekali naluri ini, mungkin cerita kehidupan sampai pada Nabi Adam dan Siti Hawa saja. Bayangkan juga seandainya para hewan tidak dibekali naluri itu, mungkin kita tidak merasakan daging ayam itu kayak gimana. Subhanallah walhamdulillah, wa laa ilaaha ilallah, wallahu akbar. Allah Maha Kuasa atas itu.
Jadi apakah dengan mendatangi sesama jenis untuk memenuhi tuntutan naluri ketika naluri itu muncul akan mampu untuk melanjutkan cikal-bakal manusia? Apakah dengan melakukan aborsi kelangsungan keturunan umat manusia akan terjaga? (akal yang sehat pasti akan menjawab TIDAK!!!)

Pemenuhan naluri harus dengan jalan yang benar!
( akal adalah pembeda.2)

Kita sudah tahu kan bahwa Allah membekali naluri ketertarikan terhadap lawan jenis adalah untuk melestarikan/ melanjutkan keturunan umat manusia agar tidak punah. Begitu pula dengan binatang, naluri itu diberikan agar mereka tidak punah. Ayam tidak punah, ikan mas tidak punah, ikan mba jua iya, sapi juga akan tetap ada buat bantu bajak sawah+buat hewan kurban dll.
Nah, lagi2 neh kita dibekali akal agar menjadikan kita berbeda dengan binatang. Ingat lho, karena akal yang tidak digunakan sebagaimana mestinya, manusia juga bisa disamakan dengan binatang. Tidak akan ada gunanya predikat kita sebagai manusia jika sudah tidak ada yang dapat membedakan kita dengan binatang.
Dengan akal kita, kita dapat membuat perbandingan antara kehidupan hewan dan kita manusia. Kalau kita cermati, hewan memenuhi naluri seksualnya dengan tanpa memandang atau meneliti dulu apakah betina itu istrinya, ataukah ibunya, anaknya, saudaranya, atau malah embahnya. Tidak kan? Asal kan betina saja, maka si pejantan akan mendatanginya.
Hewan leluasa sekehendak nafsunya kawin dengan betina mana saja. Walhasil, anak hewan itu tidak tahu yang mana bapaknya, karena sang bapak pergi begitu saja meninggalakan induk betinanya. Jadi dalam dunia hewan tidak ada silsilah keturunan yang jelas, si jabrik itu keturunan dari si hitam, si blacky, atau si ireng.
Nah, kita neh manusia wajib jangan seperi itu. Kita selain dibekali naluri, juga punya akal. Kita juga mempunyai martabat sebagai manusia. Bagi yang beragama Islam, Islam sangat memperhatikan sekali pemeliharaan ini. Islam memberikan tuntunan yang sedemikian cemerlangnya, atas pemenuhan naluri ini tanpa menghilangkan atau mengesampingkan martabat manusia.
Pada paragraf sebelumnya, sudah kita ketahui bahwa naluri yang berwujud ketertarikan terhadap lawan jenis itu adalah untuk melanjutkan/melestarikan keturunan. Sudah barang tentu agar pemenuhan naluri tersebut dapat sesuai dengan tujuannya, maka dengan lawan jenislah kita melakukan pemenuhan naluri tersebut. Tetapi tidak sampai di sini permasalahan selesai begitu saja.
Ada yang harus dijaga dan diperhatikan sebelum dan setelah itu. Sebelumnya, agar dapat menjaga martabat sekaligus keturunan manusia, maka Islam menuntun agar dilakukannya pernikahan terlebih dahulu. Pasangan yang dipilih tentulah harus lawan jenis dan bukan yang diharamkan oleh agama . Singkatnya dengan pernikahan inilah jalan untuk melestarikan keturunan yang benar. Dengan pernikahan ini pula martabat manusia terjaga dan dilindungi.
Setelahnya, keturunan yang nanti dihasilkan harus diakui keberadaan dan martabatnya, begitupun pasangan yang melahirkannya. Jangan sampai si anak buah hasil “perkawinan” tidak tau siapa bapaknya, tidak tau siapa emaknya. Maksudnya adalah si anak itu harus jelas keturunan dari siapa, agar silsilah keturunannya terjaga. Inilah yang membedakan “perkawinan” manusia dengan hewan. Manusia melakukan pernikahan terlebih dahulu, sbuah prosesi yang sakral sdangkan pada hewan tidak ada pernikahan, yang ada hanya perkawinan. Jadi pemenuhan naluri ketertarikan dengan lawan jenis yang benar hanya akan ditemukan dengan akal sehat yang akan membedakan manusia dan hewan, yaitu melalui pernikahan, yang akan menjaga martabat & eksistensi kelangsungan manusia. Wallahu’alam.
by:generasi_1409

Tidak ada komentar: