Rabu, 13 Januari 2010

Muhammad II Al-Fatih: Sang Penakluk Konstantinopel

Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]

Setiap pahlawan Islam selalu bercita-cita untuk menjadi orang yang dimaksud Rasulullah saw dalam haditsnya sebagai panglima yang terbaik dan tentaranya tentara yang terbaik dan membebaskan Konstantinopel agar terbebas dari kekuasaan Romawi. Ternyata membebaskan kota warisan Kaisar Heraklius bukan perkara sederhana. Dibutuhkan kecerdasan, keuletan dan tentunya, kekuatan yang mumpuni untuk pekerjaan sebesar itu. Dan ternyata Sultan Muhammad Al-Fatih orangnya. Beliau adalah sosok yang telah ditunggu umat Islam sepanjang sejarah menunggu-nunggu realisasi hadits syarif Muhammad saw.
Tidak mudah memang untuk membebaskan Istanbul yang sebelumnya bernama Konstantinopel ini. Kotanya cukup unik, karena berada di dua benua, Asia dan Eropa. Di tengah kota ada selat Bosporus yang membentang, ditambah benteng-benteng yang cukup merata. Tetapi Sultan Muhammad Al-Fatih tidak pernah menyerah. Sejarah mencatat beliau telah memerintahkan para ahli dan insinyurnya untuk membuat sebuah senjata terdahsyat, yaitu sebuah meriam raksasa.
Jika kita terkagum-kagum dengan penggambaran perang yang ketat antara Balian of Ibelin melawan Shalahudin Al-Ayyubi di film Kingdom of Heaven, maka perang antara Constantine XI Paleologus dengan Muhammad Al-Fatih jauh lebih ketat, tidak hanya dalam hitungan hari tapi berminggu-minggu.
Pribadi Shalih
Dari sisi keshalihannya, Muhammad Al-Fatih disebutkan tidak pernah meninggalkan tahajud dan shalat rawatib sejak baligh hingga saat wafat. Dan kedekatannya kepada Allah swt ditularkan kepada tentaranya. Tentara Sultan Muhammad Al-Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh. Dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajud sejak baligh. Itulah barangkali kunci utama keberhasilan beliau dan tentaranya dalam menaklukkan kota yang dijanjikan nabi saw. Rupanya kekuatan beliau bukan terletak pada kekuatan pisik, tapi dari sisi kedekatan kepada Allah, nyata bahwa beliau dan tentaranya sangat menjaga hubungan kedekatan, lewat shalat wajib, tahajjud dan sunnah rawatib lainnya
Menerima Jabatan Khalifah Sejak Belia
Usia beliau masih sangat muda, boleh dibilang masih kanak-kanak tatkala ayahandanya, Sultan Murad II, pensiun dini dari mengurus khilafah. Sang Ayah berniat untuk beruzlah di tempat yang sepi dari keramaian politik. Roda kepemimpinan diserahkan kepada puteranya, Muhammad, yang sebenarnya saat itu masih belum cukup umur. Mengingat saat itu wilayah Islam sudah membentang luas dari Maroko sampai Marouke.
Namun kebeliaannya tidak membuat prestasinya berkurang. Justru sejarah mencatat bahwa di masa kepemimpinan beliau, silsilah khilafah Bani Utsmani mencapai kejayaan terbesarnya, yaitu menaklukkan benua Eropa sebagaimana yang dijanjikan sebelumnya oleh Rasulullah saw. Kecakapan Muhammad cukup masuk akal, mengingat sejak kecil beliau telah mendapatkan berbagai macam pembinaan diri dan pendalaman ilmu-ilmu agama. Sang Ayah memang secara khusus meminta kepada para ulama untuk mendidiknya, karena nantinya akan menjadi khalifah tertinggi. Mulai dari bahasa Arab, tafsir, hadits, fiqih sampai ke ilmu sistem pengaturan negara, telah beliau lahap sejak usia diri. Bahkan termasuk ilmu strategi perang dan militer adalah makanan sehari-hari.
Apa yang bisa dipetik dari Al Fatih?
Pertama kepercayaan al-Fatih kepada bisyawah nubuwwah yang tercantum dalam hadits: latuftahannal qasthanthiniyyah falani’mal amiru amiruha walani’mal jaisyu dzalikal jaisy. Konstantin akan ditaklukkan. Sebaik-baiknya panglima adalah panglimanya dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukan itu.
Bisyarah itu keluar dari mulut yang mulia Nabi Muhammad SAW pada awal abad ke-7 M. Kaum Muslim sejak generasi berikutnya telah berusaha untuk merealisasikan bisyarah itu. Namun baru dapat terwujud setelah penantian yang sangat panjang yakni selama 825 tahun.
Tidak perlu kita meragukan Al-Fatih dan pasukannya, karena Nabi sendiri yang mengatakan ‘Panglimanya adalah panglima terbaik dan pasukannya adalah pasukan terbaik’.

Ini adalah cuplikan khutbah Al-Fatih di hadapan pasukannya:
“Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses,maka sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu,sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini,akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam.
Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu didepan matanya
dan jangan sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini.
Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran”.

Inti dari semuanya adalah keyakinan kita akan kabar gembira yang diwartakan oleh Al-Qur’an dan Sunnah sungguh akan menjadi kenyataan.Hadits tentang penaklukan konstantin tidak berbeda dengan hadits tentang kabar gembira akan datangnya lagi Khilafah ‘ala minhajin Nubuwwah. (kedua hadits riwayat Imam Ahmad).

Karenanya wahai kaum Muslim, yang penting bagi kita sekarang adalah mempersiapkan diri kita untuk menyambut kedatangan kembali Khilafah Ala Minhaj Kenabian sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah SAW.
Hanya saja, tentu kita tidak cukup menyambutnya dengan menunggu kehadirannya, tapi kita harus menjemputnya, berusaha merealisasikannya. Sebagaimana Al-Fatih, ia berusaha sejak masa remaja untuk menjadi panglima terbaik itu. Allahu Akbar…

Tidak ada komentar: