Rabu, 27 Januari 2010

Seruan Ganti Rezim-Ganti Sistem Hentakkan Kota Banjarmasin

Aksi Nasional Gerakan Sumpah Mahasiswa 18 Oktober 2009 dengan tema “CENTURY GATE: SINYAL KEMATIAN INDONESIA, SELAMATKAN INDONESIA DENGAN ISLAM. SAATNYA GANTI REZIM GANTI SISTEM!” bermula di depan mesjid kebanggaan rakyat Banjarmasin, Mesjid Raya Sabilal Muhtadin tepat setelah para peserta aksi menunaikan shalat Dzuhur berjamaah. Menggunakan pakaian serba hitam para peserta aksi yang berjumlah kurang lebih 350 orang berbaris rapi lengkap dengan atribut aksi seperti poster, bendera, serta spanduk. Peserta aksi sendiri berasal dari berbagai kampus yang berada di Banjarmasin seperti UNLAM, POLITEKNIK NEGERI BANJAMASIN, IAIN ANTASARI BANJARMASIN, STKIP BANJARMASIN, STIA BINA BANUA dan kampus lain yang tergabung dalam jaringan BKLDK.
Aksi yang diselenggarakan oleh BKLDK Wilayah Kalimantan ini dibuka oleh MC yang tak henti-hentinya memberikan kobaran semangat pada para peserta aksi dengan yel-yel dan slogan yang diteriakkan. Selanjutnya aksi memasuki orasi pertama yang disampaikan oleh Hendra Bahyuni, Ketua Umum Angkatan Muda Baitul Hikmah (AMBH) Unlam Banjarmasin yang menyerukan untuk segera meninggalkan sistem kufur yang hanya mendatangkan kemafsadatan bagi umat dan hanya bahaya serta kerugian yang didapatkan oleh umat.
Orasi kedua mengiringi longmarch dengan rute Jl. Haryono MT menuju Gedung DPRD Kalimantan Selatan. Dalam orasinya, Tohir dari LDK AMAL IAIN Antasari Banjarmasin menyampaikan bahwa bailout adalah resep dari kapitalisme yang hanya menguntungkan pemilik modal. Tohir juga mengatakan dengan dana sebanyak 6,7 trilyun rupiah bisa digunakan untuk membangun atau memperbaikai gedung-gedung sekolah yang rusak sebanyak 1300 buah. Sepanjang longmarch, para peserta dipandu oleh MC mengumandangkan yel-yel yang menghangatkan suasana kota Banjarmasin yang baru selesai dilanda hujan. Tak ketinggalan peserta aksi juga menggotong keranda hitam dengan replika gurita di atas keranda sebagai simbol kematian bagi Indonesia yang menerapkan sistem kapitaslisme-demokrasi.
Memasuki gedung DPRD Kalimantan Selatan, semangat para peserta aksi semakin membuncah. Gedung DPRD yang agak lengang tidak memepengaruhi peserta aksi untuk terus melanjutkan aksi dan memfokuskannya disana. Orasi ketiga disampaikan oleh Rendy Tedja S dari perwakilan mahasiswa IAIN Antasari Banjarmasin yang menyatakan bahwa aksi ini adalah konsekuensi dan panggilan dari keimanan atas Islam. Rendy menyerukan bahwa solusi atas berbagai permasalahan yang melanda Indonesia tidak cukup jika hanya sekedar mengganti rezim penguasanya, tetapi juga harus membuang sistem rusak yang kini diterapkan lalu menggantinya dengan Sistem Islam. Rendy juga menyampaikan bahwa seruan penerapan sistem Islam adalah aspirasi dari rakyat yang harus diperhatikan dan diperjuangkan oleh anggota DPRD Kalsel, jika memang sebagai wakil rakyat.
Selanjutnya, aksi teatrikal dipersembahkan oleh peserta aksi. Digambarkan bahwa dalam demokrasi, rakyat banyak sulit untuk mendapatkan pekerjaan, pengangguran meningkat, kemiskinan melesat, dan petani pun melarat. Dalam sistem demokrasi-kapitalis juga, kaum elit pemilik modal dapat mempermainkan hukum, sementara penguasanya sangat dekat memihak elit pemilik modal. Kaum elit bermewah-mewah, sedangkan rakyat harus menikmati susah. Kesejahteraan yang digandengkan dengan demokrasi pun menjadi sebuah ironi, menjadi sebuah paradoks, dan hanya menjadi ilusi karena demokrasi tak akan memenuhi kesejahteraan rakyatnya melainkan kesejahteraan untuk elit penguasa dan pengusaha serta kroni-kroninya.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh Akh Rahman dari STKIP Banjarmasin yang menyampaikan rakyat masih bisa bangkit, bangkit dari keteritindasan tiran kapitalis dengan Islam. Kemudian, acara dilanjutkan kembali dengan penyampaian pernyataan sikap BKLDK yang dibacakan oleh Koordinator BKLDK Wilayah Kalimantan Akh Adiansyah yang menekankan bahwa penerapan sistem kapitalisme adalah pangkal dari berbagai macam masalah yang melanda negeri ini, oleh karena itu perubahan mendasar sistem ketatanegaraan adalah kewajiban, yang tiada lain yaitu mewujudkan sistem Islam. Aksi diikuti juga dengan pembacaan Sumpah Mahasiswa 18 Oktober 2009 oleh perwakilan mahasiswa Unlam Akh Amri. Setelah itu aksi di halaman gedung DPRD Kalsel ditutup dengan do’a. Aksi berakhir di depan Mesjid Raya Sabilal Muhtadin setelah peserta aksi melanjutkan longmarch dari gedung DPRD Kalsel. Secara keseluruhan aksi berjalan dengan damai dan lancar.[]fh, bjm

Tidak ada komentar: